BOGORIN.id – Ada sekelompok orang yang rajin banget protes, mulai dari presiden sampai kepala daerah. Katanya, pemerintah ini udah nggak ada baik-baiknya lagi. Program? Nggak beres! Moral? Bobrok! Serasa hidup di negeri penuh kekeliruan.
Mereka datang dengan spanduk besar, teriak-teriak, mengklaim membawa suara rakyat banyak. Ya, rakyat banyak—yang kalau ditanya satu per satu, mungkin banyak yang nggak tahu apa yang sedang diprotes.
Mereka bilang niatnya baik, tulus dari hati. Tapi, pernah nggak sih kita mikir, maksud baik ini sebenarnya untuk siapa? Apakah benar-benar untuk rakyat, atau lebih kepada pesanan pihak yang nggak suka dengan pemimpinnya?
Di balik spanduk besar dan suara lantang itu, ada yang diam-diam senyum di belakang layar. Mereka bukan rakyat biasa yang hidupnya penuh perjuangan, tapi golongan yang memang nggak sreg dengan sang pemimpin. Mungkin karena kontrak proyek nggak gol, atau kursi jabatan yang nggak kebagian. Jadilah segerombolan orang ini, yang katanya memperjuangkan keadilan, digerakkan oleh “niat baik” pesanan khusus.
WS Rendra pernah menulis dalam sajaknya, “Sebab derita bukan ciptaan tanah dan udara. Tetapi karena ulah manusia yang tak bertanggung jawab. Ada kalanya orang berpura-pura sebagai kawan.”
Nah, sajak ini pas banget buat menjelaskan situasi ini. Orang-orang ini berpura-pura seolah-olah mereka kawan rakyat, padahal diam-diam mereka cuma boneka dari segelintir orang yang punya kepentingan pribadi. Rakyat kecil? Ya, cuma dijadikan bumbu biar protesnya kelihatan sah.
Mereka datang dengan dalih “suara rakyat,” tapi sebenarnya, suara rakyat mana? Suara rakyat kecil yang minta harga sembako turun atau minta jalanan diperbaiki? Nggak, bro! Mereka cuma suara segelintir yang kepentingannya nggak kesampaian. Jadi, protes ini untuk siapa? Untuk rakyat atau untuk pesanan?
Lucunya, kalau ditanya siapa yang pesan, jawabnya pasti melambung tinggi, seolah-olah mereka beneran suci. Padahal, ya tahu sendiri lah, “maksud baik” ini nggak selamanya baik untuk semua orang.
Jadi, sebelum ikut-ikutan protes, coba pikir lagi: maksud baik ini sebenarnya untuk siapa? Untuk rakyat atau untuk pihak yang nggak kebagian kue kekuasaan? Terus, kalau rakyat juga nggak untung, lantas siapa yang untung?
Saeful Ramadhan
yang punya maksud baik